Muhammad bin Abdullāh | |
---|---|
Nama "Muhammad" dalam sebuah kaligrafi Arab. |
|
Lahir | sekitar 570/571 Masehi Mekkah, Jazirah Arab (kini Arab Saudi) |
Meninggal | 8 Juni, 632 (umur 63) Madinah, Jazirah Arab (kini Arab Saudi) |
Nama panggilan | Al-Amin, As-Saadiq, Rasul Allāh dan Abu al-Qasim |
Dikenal karena | Pembawa agama Islam |
Agama | Islam |
Pasangan | Pernikahan Muhammad |
Orang tua | Ayah: ‘Abdullāh Bunda: Āminah |
Muhammad bin Abdullāh (Arab: محمد بن عبد الله; Transliterasi: Muḥammad;[1] diucapkan [mʊħɑmmæd] ( simak); [2][3][4] (ca. 570/571 Mekkah[مَكَةَ ]/[ مَكَهْ ] – 8 Juni, 632 Madinah),[5] adalah pembawa ajaran/agama Islam, dan diyakini oleh umat Muslim sebagai nabi dan (Rasul) yang terakhir. Menurut sirah (biografi) yang tercatat tentang Muhammad, ia disebutkan lahir sekitar 20 April 570/ 571, di Mekkah (Makkah) dan wafat pada 8 Juni 632 di Madinah pada usia 63 tahun. Kedua kota tersebut terletak di daerah Hijazh, Arab Saudi. Nabi Muhammad haram digambarkan dalam bentuk patung, kartun ataupun gambar ilustrasi.
Michael H. Hart dalam bukunya The 100
menilai Muhammad sebagai tokoh paling berpengaruh sepanjang sejarah
manusia. Menurut Hart, Muhammad adalah satu-satunya orang yang berhasil
meraih keberhasilan luar biasa baik dalam hal spiritual maupun kemasyarakatan. Hart mencatat bahwa Muhammad mampu mengelola bangsa yang awalnya egoistis, barbar,
terbelakang dan terpecah belah oleh sentimen kesukuan, menjadi bangsa
yang maju dalam bidang ekonomi, kebudayaan dan kemiliteran dan bahkan
sanggup mengalahkan pasukan Romawi yang saat itu merupakan kekuatan militer terdepan di dunia.
Etimologi
"Muhammad" secara bahasa berasal dari akar kata semitik 'H-M-D' yang dalam bahasa Arab berarti "dia yang terpuji". Selain itu di dalam salah satu ayat Al-Qur'an[7], Muhammad dipanggil dengan nama "Ahmad" (أحمد), yang dalam bahasa Arab juga berarti "terpuji".
Sebelum masa kenabian, Muhammad mendapatkan dua julukan dari suku Quraisy (suku terbesar di Mekkah yang juga suku dari Muhammad) yaitu Al-Amiin yang artinya "orang yang dapat dipercaya" dan As-Saadiq yang artinya "yang benar". Setelah masa kenabian para sahabatnya memanggilnya dengan gelar Rasul Allāh (رسول الله), kemudian menambahkan kalimat Shalallaahu 'Alayhi Wasallam
(صلى الله عليه و سلم, yang berarti "semoga Allah memberi kebahagiaan
dan keselamatan kepadanya"; sering disingkat "S.A.W" atau "SAW") setelah
namanya.
Muhammad juga mendapatkan julukan Abu al-Qasim[8]
yang berarti "bapak Qasim", karena Muhammad pernah memiliki anak lelaki
yang bernama Qasim, tetapi ia meninggal dunia sebelum mencapai usia
dewasa.
Genealogi
Silsilah Muhammad dari kedua orang tuanya kembali ke Kilab bin Murrah bin Ka'b bin Lu'ay bin Ghalib bin Fihr (Quraish) bin Malik bin an-Nadr (Qais) bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah (Amir) bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma`ad bin Adnan.[9] Adnan merupakan keturunan laki-laki ke tujuh dari Ismail bin Ibrahim, yaitu keturunan Sam bin Nuh.[10] Muhammad lahir di hari Senin, 12 Rabi’ul Awal tahun 571 Masehi (lebih dikenal sebagai Tahun Gajah).
Lebih lengkap silsilahnya dari Muhammad hingga Adam adalah Muhammad bin Abdullah bin Abdul Mutthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Fihr
(Quraisy) bin Malik bin Nadhr bin Kinanah bin Khuzayma bin Mudrikah bin
Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma'ad bin Adnan bin Udad bin al-Muqawwam
bin Nahur bin Tayrah bin Ya'rub bin Yasyjub bin Nabit bin Ismail bin Ibrahim bin Tarih (Azar) bin Nahur bin Saru’ bin Ra’u bin Falikh bin Aybir bin Syalikh bin Arfakhsyad bin Sam bin Nuh bin Lamikh bin Mutusyalikh bin Akhnukh bin Yarda bin Mahlil bin Qinan bin Yanish bin Syits bin Adam.
Nasab ini disebutkan oleh Muhammad bin Ishak bin Yasar al-Madani di
salah satu riwayatnya. Nasab Rasulullah sampai Adnan disepakati oleh
para ulama, sedangkan setelah Adnan terjadi perbedaan pendapat. Maksud
dari Quraisy adalah putra Fihr bin Malik atau an-Nadhr bin Kinanah
Riwayat
Kelahiran
Para penulis sirah (biografi) Muhammad pada umumnya sepakat bahwa ia lahir pada Tahun Gajah, yaitu tahun 570
M, yang merupakan tahun gagalnya Abrahah menyerang Mekkah. Muhammad
lahir di kota Mekkah, di bagian Selatan Jazirah Arab, suatu tempat yang
ketika itu merupakan daerah paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat
perdagangan, seni, maupun ilmu pengetahuan. Ayahnya, Abdullah[11], meninggal dalam perjalanan dagang di Madinah, yang ketika itu bernama Yastrib,
ketika Muhammad masih dalam kandungan. Ia meninggalkan harta lima ekor
unta, sekawanan biri-biri dan seorang budak perempuan bernama Ummu Aiman yang kemudian mengasuh Nabi.[10]
Pada saat Muhammad berusia enam tahun, ibunya Aminah binti Wahab mengajaknya ke Yatsrib (sekarang Madinah)
untuk mengunjungi keluarganya serta mengunjungi makam ayahnya. Namun
dalam perjalanan pulang, ibunya jatuh sakit. Setelah beberapa hari, Aminah meninggal dunia di Abwa' yang terletak tidak jauh dari Yatsrib, dan dikuburkan di sana.[9] Setelah ibunya meninggal, Muhammad dijaga oleh kakeknya, 'Abd al-Muththalib. Setelah kakeknya meninggal, ia dijaga oleh pamannya, Abu Thalib. Ketika inilah ia diminta menggembala kambing-kambingnya di sekitar Mekkah dan kerap menemani pamannya dalam urusan dagangnya ke negeri Syam (Suriah, Lebanon, dan Palestina).
Hampir semua ahli hadits dan sejarawan sepakat bahwa Muhammad lahir di bulan Rabiulawal, kendati mereka berbeda pendapat tentang tanggalnya. Di kalangan Syi'ah, meyakini bahwa ia lahir pada hari Jumat, 17 Rabiulawal; sedangkan kalangan Sunni percaya bahwa ia lahir pada hari Senin, 12 Rabiulawal (2 Agustus 570 M).[10]
Perkenalan dengan Khadijah
Ketika Muhammad mencapai usia remaja dan berkembang menjadi seorang yang dewasa, ia mulai mempelajari ilmu bela diri dan memanah,
begitupula dengan ilmu untuk menambah keterampilannya dalam berdagang.
Perdagangan menjadi hal yang umum dilakukan dan dianggap sebagai salah
satu pendapatan yang stabil. Muhammad sering menemani pamannya berdagang
ke arah Utara dan kabar tentang kejujuran dan sifatnya yang dapat
dipercaya menyebar luas dengan cepat, membuatnya banyak dipercaya
sebagai agen penjual perantara barang dagangan penduduk Mekkah.
Salah seseorang yang mendengar tentang kabar adanya anak muda yang
bersifat jujur dan dapat dipercaya dalam berdagang dengan adalah seorang
janda yang bernama Khadijah. Ia adalah seseorang yang memiliki status tinggi di kalangan suku Arab.
Sebagai seorang pedagang, ia juga sering mengirim barang dagangan ke
berbagai pelosok daerah di tanah Arab. Reputasi Muhammad membuat
Khadijah memercayakannya untuk mengatur barang dagangan Khadijah,
Muhammad dijanjikan olehnya akan dibayar dua kali lipat dan Khadijah
sangat terkesan ketika sekembalinya Muhammad membawakan hasil berdagang
yang lebih dari biasanya.
Seiring waktu akhirnya Muhammad pun jatuh cinta kepada Khadijah,
mereka menikah pada saat Muhammad berusia 25 tahun. Saat itu Khadijah
telah berusia mendekati umur 40 tahun, namun ia masih memiliki
kecantikan yang dapat menawan Muhammad. Perbedaan umur yang jauh dan
status janda yang dimiliki oleh Khadijah tidak menjadi halangan bagi
mereka, walaupun pada saat itu suku Quraisy memiliki budaya
yang lebih menekankan kepada perkawinan dengan seorang gadis ketimbang
janda. Meskipun kekayaan mereka semakin bertambah, Muhammad tetap hidup
sebagai orang yang sederhana, ia lebih memilih untuk menggunakan
hartanya untuk hal-hal yang lebih penting.
Memperoleh gelar
Ketika Muhammad berumur 35 tahun, ia ikut bersama kaum Quraisy dalam
perbaikan Ka'bah. Pada saat pemimpin-pemimpin suku Quraisy berdebat
tentang siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad,
Muhammad dapat menyelesaikan masalah tersebut dan memberikan
penyelesaian adil. Saat itu ia dikenal di kalangan suku-suku Arab karena
sifat-sifatnya yang terpuji. Kaumnya sangat mencintainya, hingga
akhirnya ia memperoleh gelar Al-Amin yang artinya "orang yang dapat dipercaya".
Diriwayatkan pula bahwa Muhammad adalah orang yang percaya sepenuhnya dengan keesaan Tuhan.
Ia hidup dengan cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat tamak,
angkuh dan sombong yang lazim di kalangan bangsa Arab saat itu. Ia
dikenal menyayangi orang-orang miskin,
janda-janda tak mampu dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan
dengan berusaha menolong mereka. Ia juga menghindari semua kejahatan
yang sudah membudaya di kalangan bangsa Arab pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga ia dikenal sebagai As-Saadiq yang berarti "yang benar".
- See more at: http://bumi-informasi.blogspot.com/2013/01/cara-membuat-read-more-pada-blog.html#sthash.6iBYFbvR.dpuf
0 komentar:
Posting Komentar